CEDERA SEDANG DAN CEDERA BERAT

 A.   CEDERA  SEDANG 

    Cedera sedang atau tingkat II, ditandai dengan kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, berwarna kemerahan dan panas, dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performa atlet yang bersangkutan, Contohnya :

1.   Cedera sprain
Sprain merupakan cidera sendi yang biasanya melibatkan robek ringan  pada ligamen dan kapsul sendi. Bagian tubuh yang biasanya mengalami sprain adalah jempol, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Sprain paling sering terjadi pada engkel. cedera biasanya terjadi saat kita berlari kemudian terpeleset dengan salah tumpuan atau saat setelah melompat kita salah menjejakkan kaki waktu mendarat


Menurut Bambang Priyonoadi (2006: 8).Sprain adalah cedera pada ligamentum, yaitu cedera pada sendi dengan terjadinya peregangan dan robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. 
Berdasarkan berat ringannya yaitu sprain tingkat I, II dan III yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • sprain tingkat 1 
    Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlet. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
  • sprain tingkat 2 
        Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi) misalnya: lebar otot, strain otot, tendon-tendon, robeknya ligamen (sprain grade II). 
  • sprain tingkat 3
        Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang intensif,istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika robekan lengkap atau hampir lengkap ligamen (sprain grade III) dan atau fraktur tulang.

2. Cedera strain



Strain merupakan cidera pada tendon atau pada otot itu sendiri. Betis, dan hamstring otot paha belakang area yang biasa mengalami strain.otot sering terjadi pada area-area tubuh yang digunakan untuk melakukan pekerjaan. Sakit pinggang dan keram otot sbiasanya terjadi apabila mengangkat sesuatu berulang-ulang atau karena gerakan pinggang yang terlalu mendadak atau berlebihan melampaui kekuatan otot-otot tersebut.

Menurut Giam dan Teh (1992: 93) strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stres yang berlebihan. Adapun macam strain menurut Sadoso (1995: 15) berdasarkan berat ringannya yaitu starin tingkat I, II dan III yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • Strain Tingkat I 
      Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus. 
  • Strain Tingkat II 
     Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang. 
  • Strain Tingkat III 
       Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan. Jika melihat dari macam cedera di atas, maka cedera yang terjadi akan menimbulkan juga berbagai macam keluhan, seperti nyeri, panas, penurunan fungsi gerak dari anggota tubuh yang mengalami cedera tersebut. Hal semacam itu di dunia medis lebih dikenal dengan istilah inflamasi atau peradangan yang memiliki ciri-ciri panas, merah, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi.

B. CEDERA BERAT
    Cedera berat adalah cedera yang serius, diytandai dengan adanya kerusakan pada jaringan tubuh, misalnya kerobekan otot hingga putus, maupun fraktur tulang yang memerlukan istirahat total, pengobatan intensif bahkan operasi. 

1. Cedera Dislokasi

           Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya pada sendi. Semua persendian yang ada di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama saat terjadi benturan akibat kecelakan berkendara atau terjatuh ketika berolahraga.



 Dislokasi bergesernya sendi pada daerah pergelangan tangan,pergelangan kaki,bahu,dan daerah sendi lainya.dislokasi terjadi disebabkan jatuh dari ketinggian yang menyebabkan sendi bergeser dan seorang atlet lompat jauh jika salah mendarat atau tidak tepat jatuh pada tumpuan yang benar maka menyebabkan bergesernya sendi tulang.

Dislokasi terjadi ketika sendi mengalami benturan atau tekanan yang keras. Kondisi yang dapat menyebabkan dislokasi antara lain:
  • Terjatuh, misalnya akibat terpeleset
  • Kecelakaan kenderaan bermotor
  • Cedera akibat olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti sepak bola atau bela diri

Dislokasi dapat terjadi pada siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:

  • Melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik
  • Berkendara dengan kendaraan bermotor
  • Memiliki otot dan keseimbangan yang lemah, misalnya akibat menderita ditrofi otot
  • Berusia lanjut atau masih anak-anak

Perawatan medis yang dapat diberikan untuk mengatasi dislokasi antara lain:

  • Tindakan reduksiuntuk mengembalikan tulang pada posisi normalnya
  • Imobilisasi, untuk menyangga tulang dan mencegah bergeraknya sendi yang telah kembali pada posisi normalnya, sehingga pemulihan dapat lebih cepat
  • Operasi, untuk mengatasi dislokasi yang tidak bisa diperbaiki dengan tindakan reduksi atau telah terjadi kerusakan pada pembuluh darah saraf, atau ligamen di sekitar sendi
  • Rehabilitasi, untuk memperkuat sendi dan melatih pasien agar dapat bergerak seperti sedia kala

Setelah dislokasi ditangani dokter, ada beberapa perawatan mandiri yang bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat proses pemulihan sekaligus meringankan rasa tidak nyaman yang mungkin timbul. Beberapa perawatan tersebut adalah:

  • Mengompres sendi dengan es atau air hangat selama 15–20 menit beberapa kali sehari
  • Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi dan menghindari gerakan yang menimbulkan rasa nyeri
  • Melatih sendi dengan gerakan-gerakan ringan dan dilakukan secara perlahan

langkah-langkah berikut ini untuk mencegah terjadinya dislokasi:

  • Hati-hati dan selalu waspada terhadap kecelakaan atau terjatuh saat beraktivitas.
  • Gunakan perlengkapan pelindung ketika berolahraga.
  • Hindari berdiri di atas tempat-tempat yang tidak stabil, seperti kursi.
  • Tutupi lantai rumah dengan karpet yang tidak licin.
  • Lakukan olahraga secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot-otot tubuh.
2. Cedera Fraktur
     Patah tulang atau fraktur adalah kondisi ketika tulang patah sehingga posisi atau bentuknya berubah. Patah tulang dapat terjadi jika tulang menerima tekanan atau benturan yang kekuatannya lebih besar daripada kekuatan tulang.
Patah tulang bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi lebih sering terjadi di tulang kaki , tangan, pinggul, rusuk dan selangka. Meski umumnya disebabkan oleh benturan yang kuat, patah tulang juga bisa terjadi akibat benturan ringan bila tulang sudah mengalami pengeroposan, misalnya akibat osteoprosisi.

Fraktur  adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Bronner and Suddar th, 2001. Fraktur adalah putusnya kontinuitas sebuah tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan dan krepitasi (Christine Hichliff, 1999)

Patah tulang terjadi ketika tulang menerima tekanan yang lebih besar dari yang bisa diterima oleh tulang tersebut. Makin besar tekanan yang diterima tulang, umumnya akan makin berat pula tingkat keparahan patah tulang.

Kondisi yang dapat mengakibatkan patah tulang antara lain:

  • Cedera akibat terjatuh, kecelakaan, atau perkelahian
  • Cedera akibat hentakan berulang, misalnya saat baris-berbaris atau berolahraga
  • Penyakit yang dapat melemahkan tulang, seperti osteoporosis, osteogenesis imperfekta (kelainan genetik yang menyebabkan tulang rapuh),infeksi tulang, dan kanker tulang.

Patah tulang dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih berisiko dialami oleh orang dengan beberapa faktor berikut:

  • Berusia lanjut
  • Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah berusia di atas 50 tahun
  • Memiliki gaya hidup yang kurang aktif bergerak atau sedentary lifestyle
  • Kurang asupan nutrisi, terutama Kalsium dan vitamin D
  • Mengonsumsi obat kortikosterois dalam jangka waktu yang lama
  • Memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Menderita rhematoid arthritis, diabetes, gangguan saluran percernaan, atau gangguan pada kelenjar endokrin

Patah tulang merupakan kondisi darurat yang harus segera ditangani. Segera cari pertolongan medis bila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami patah tulang. Penanganan segera di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit diperlukan jika:

  • Terjadi perdarahan berat
  • Muncul nyeri hebat meski hanya sedikit bergerak
  • Tulang mencuat keluar dari kulit
  • Area yang mengalami patah tulang rusak parah
  • Patah tulang terjadi di kepala, leher, atau punggung
  • Patah tulang menyebabkan hilang kesadaran

Pengobatan patah tulang tergantung pada jenis yang dialami, lokasi tulang yang patah, serta kondisi pasien. Secara garis besar, pengobatan patah tulang bertujuan untuk mengembalikan tulang yang patah ke posisinya semula, dan menjaganya agar tidak bergerak sampai terbentuk tulang baru yang akan menyambungkan bagian tulang yang patah.

Pada patah tulang yang menyebabkan perdarahan hebat, pertolongan pertama akan dilakukan oleh dokter untuk menstabilkan kondisi pasien sehingga tidak jatuh pada kondisi syok.

Metode pengobatan patah tulang meliputi:

  • Pemberian obat-obatan, untuk meredakan nyeri dan mencegah infeksi pada patah tulang terbuka
  • Pemasangan gips yang terbuat dari plaster atau fiberglass, untuk mencegah tulang yang patah bergerak selama proses penyembuhan
  • Traksi, untuk menyejajarkan tulang yang patah serta meregangkan otot dan tendon di sekitarnya

Pasien patah tulang bisa sembuh dalam hitungan bulan atau tahun, tergantung pada tingkat keparahan, usia, dan faktor risiko yang dimiliki pasien. Pasien yang mengalami patah tulang wajib melakukan kontrol sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter untuk memantau kondisi patah tulang.

Patah tulang tidak selalu dapat dicegah, namun Anda dapat mengurangi risiko patah tulang dengan:

  • Menggunakan alat keselamatan saat berkendara, seperti sabuk pengaman saat mengemudikan mobil, atau helm saat mengendarai motor
  • Meminta pertolongan orang lain untuk menjaga Anda agar tidak terjatuh jika sedang menaiki tangga lipat
  • Mengenakan alat pelindung tubuh saat melakukan olahraga yang melibatkan benturan atau berisiko menyebabkan Anda terjatuh
  • Melakukan latihan secara rutin untuk menjaga keseimbangan tubuh dan meningkatkan kekuatan tulang, terutama pada penderita osteoporosis
  • Berkonsultasi dengan dokter mengenai kebutuhan Anda terhadap nutrisi atau suplemen untuk menjaga kesehatan tulang

.

Komentar